PROPOSAL PENELITIAN
NAMA : MITA FEBRIANA
BIDANG STUDI/MAPEL : BAHASA INDONESIA
A. Judul Penelitian
Peningkatan
Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun
Pelajaran 2012/2013
B. Latar Belakang Masalah
Posisi menulis dalam pelajaran
keterampilan berbahasa selalu diletakkan terakhir. Menyimak mendahului
berbicara, berbicara mendahului membaca, dan membaca mendahului menulis.
Keterampilan menulis sangat penting bagi para pelajar, khususnya untuk siswa di
sekolah dasar yang merupakan dasar dari segala awal seluruh kompetensi
terbentuk. Secara eksplisit, mata pelajaran menulis tertera dalam silabus
kurikulum KTSP tahun 2006 kelas V di sekolah dasar yang dijelaskan bahwa
terdapat empat keterampilan dasar yang harus dikuasai siswa yaitu, keterampilan
mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Keempaat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain. Menurut Syafi’ie, menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,
keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian
“mengirimkannya” kepada orang lain. Selanjutnya, menurut
Gorys Keraf, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan
suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Hal ini berarti bahwa menulis narasi adalah
salah satu jenis karangan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman,
pengamatan, maupun berdasarkan rekaan pengarang.
Menulis narasi merupakan kompetensi
menulis yang sudah ada dan dimulai di jenjang sekolah dasar. Siswa dapat
mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan
menulis narasi. Kemampuan menulis narasi tidak secara otomatis dapat dikuasai
oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak serta teratur
sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis. Apabila
kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan
pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang atau tidak
berkembang. Penguasaan bahasa tulis
mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini dan ternyata keterampilan
menulis kurang mendapat perhatian. Pemahaman konsep menulis menjadi penting
bagi kita karena dalam praktek keseharian banyak orang terampil dalam membaca
tetapi mengalami kesulitan dalam menulis. Namun demikian ternyata banyak orang
yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi tetap saja kesulitan
dalam menulis. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk
menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis. Di sekolah materi menulis
sebagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia kurang ditangani
sungguh-sungguh akibatnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa menjadi kurang
memadai.
Di sekolah dasar, keterampilan menulis
telah diajarkan sejak siswa duduk di kelas I. Setelah duduk di kelas V, siswa
seharusnya telah terampil menulis, tetapi kenyataannya masih ditemui sejumlah
masalah dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek
keterampilan menulis (mengarang narasi) oleh siswa yang masih sangat rendah. Pelajaran menulis, sebagaimana keadaan
pengajaran bahasa pada umumnya, belum berjalan dengan baik. Prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia belum memuaskan.
Keterampilan menulis para siswa masih perlu ditingkatkan. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa kurang aktif dan mengalami kesulitan mengembangkan gagasannya untuk
menulis narasi sehingga guru perlu berupaya dalam mengembangkan pembelajaran
yang inovatif dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya
dalam pembelajaran menulis narasi.
Mengingat pentingnya keterampilan
menulis maka pembelajaran menulis di sekolah harus ditingkatkan. Guru harus
dapat mengajarkan keterampilan menulis dengan efisien, efektif, dan menarik.
Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah metode pembelajaran. Pasaribu dan simanjutak (1982), mengatakan bahwa
metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Jadi metode
pelajaran adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Metode merupakan cara pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yaitu
tujuan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu
mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut peta
pikiran (mind mapping). Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind
mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
yang akan “memetakan” pikiran. Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk.
(2005: 175-176) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah
metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.
Mind
mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai
banyak cabang. Seperti halnya peta jalan, kita bisa membuat pandangan secara
menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Mind mapping bisa disebut sebuah peta
rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan pikiran
sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak
awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat
bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan
yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang
diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang peningkatan
kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SDN Balerejo 4 Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.
C. Rumusan Masalah
Dalam
setiap penelitian suatu masalah diperlukan adanya kejelasan dari masalah yang
menjadi obyek penelitian. Dalam hal ini diperlukan rumusan sehingga tidak
terjadi kesalahan. Berdasarkan hal tersebut kemudian dirumuskan pokok
pembahasan sebagai berikut:
1. Apakah
dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV
Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Apakah
dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan
menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran
2012/2013?
D. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah rendahnya
kemampuan dalam menulis narasi bagi siswa kelas V SDN Balerejo IV Madiun, akan
dilakukan penerapan pembelajaran menulis narasi dengan metode pembelajaran peta
pikiran (mind mapping). Langkah-langkahnya
adalah: (1) siswa bersama guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di
atas selembar kertas kosong. (2) Penulisan berupa kata kunci dari ide yang
dipilih disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna. (3) Setelah siswa
membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian siswa ditugaskan untuk
menulis karangan narasi. (4) Apabila masih ada ide yang muncul di tengah
aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana
pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping)
pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013
2. Meningkatkan kemampuan menulis narasi
dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo
IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.
F.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Digunakan
sebagai metode alternatif dalam pelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan
dengan materi menulis narasi, dan menambah wawasan baru pengembangan teori
menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping).
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi
siswa
(1) Meningkatnya
kemampuan siswa dalam menulis narasi.
(2) Meningkatnya
motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis narasi.
b.
Bagi
guru
(1) Meningkatnya
profesionalisme guru.
(2) Berkembangnya
pembelajaran yang lebih inovatif dengan metode peta pikiran (mind mapping) dalam
pembelajaran menulis narasi.
(3) Dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menyampaikan materi
menulis narasi pada siswa.
c.
Bagi
Sekolah
(1) Meningkatnya
kualitas pembelajaran menulis narasi baik proses maupun hasil dalam pelajaran
bahasa Indonesia.
(2) Memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim
pendidikan di sekolah.
G. Kajian Pustaka
1.
Hakikat
Kemampuan Menulis Narasi
A.
Pengertian
Kemampuan
Dalam
proses pembelajaran diperlukan adanya kemampuan. Kemampuan awal siswa adalah
prasarat yang diperlukan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar yang
akan diikuti selanjutnya. Kemampuan awal siswa dapat dijadikan titik tolak
untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Kemampuan (ability)
adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang
merupakan bawaan sejak lahir, hasil latihan, atau praktek dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya.
Lebih
lanjut Robbins, (dalam http://digilib.petra.ac.id) menyatakan bahwa kemampuan
terdiri dari dua faktor, yaitu:
1) Kemampuan
intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam melakukan aktivitas secara mental.
2) Kemampuan
fisik (physical intellectual)
merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas berdasarkan
stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.
Berdasarkan
kedua faktor tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan dipengaruhi
oleh kedua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Begitu juga
dengan kemampuan menulis bermula dari kemampuan intelektual maupun kemampuan
fisik. Dalam kegiatan menulis kedua faktor ini akan saling mempengaruhi satu
sama lain.
B.
Pengertian
Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai menuangkan
gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam
tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45). Sementara
itu, Akhadiah dkk
(1998:1.3) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Menulis adalah melahirkan pikiran
atau ide.
Setiap tulisan harus mengandung makna
sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada
pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis (WJS Poerwodarminto,
1987:105). Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan
keterampilan yang sukar dan kompleks. Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y.
Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai
suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya
sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
dapat didefinisikan menulis adalah serangkaian proses kegiatan yang kompleks
yang memerlukan tahapan-tahapan, dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan
sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan. Dengan kata
lain bahwa menulis merupakan serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran
dan perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca.
Adapun unsur-unsur menulis dan manfaat
menulis dapat dijelaskan di bawah ini:
1.
Unsur-unsur Menulis
Dalam
membuat sebuah tulisan, diperlukan beberapa unsur yang harus diperhatikan. Unsur-unsur
menulis yang perlu diperhatikan menurut The Liang Gie (2002;4) ada empat unsur
yaitu :
1. Gagasan
Berupa
pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang
2. Tuturan
Berupa
bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca
3. Tatanan
Ialah
tata tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan memperhatikan berbagai
asa, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah
4. Wahana
Merupakan
saran gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata,
gramatika, retorika (seni memakai bahasa secara efektif).
Dari
uraian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur menulis terdiri atas
pengungkapkan gagasan, tuturan yang digunakan penulis dalam menyampaikan
tulisannya, tatanan dalam penulisan, dan wahana yang berupa kosakata, serta
ejaan dan tanda baca.
2.
Manfaat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang
mempunyai banyak manfaat yang dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Graves
(dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan
bahwa:
1. Menulis mengasah kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan
mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi
:
1.
Pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan
2.
Penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang
jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya
3.
Penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan
penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki
kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat
menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari
tingkat mengingat sampai evaluasi.
2. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas
Dalam
menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya.
Segala sesuatu itu adalah unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi,
ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, bahasa topik, dan pertanyaan dan
jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak
dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3. Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika
menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk
pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan
apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4. Menulis Mendorong Kemauan dan
Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan,
pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui
orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat
itu. Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa
memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan
dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Dari pendapat diatas, jelas bahwa
melalui menulis banyak memberikan
manfaat, di antaranya wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam
menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis,
berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu
misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan,
dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis,
akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun
gagasan yang tertulis memungkinkan untuk direvisi, menulis
memaksa untuk belajar secara aktif, dan menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara
tertib dan sistematis.
C.
Pengertian
Narasi
Narasi merupakan salah satu bentuk
karangan yang diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Narasi (berasal dari naration berarti bercerita) adalah suatu
bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak
tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis
atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Finoza, 2004:202). Narasi bertujuan menyampaikan gagasan
dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca
serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama (Widyamartaya,
1992:9-10).
Menurut Semi (2003:29), narasi merupakan betuk percakapan atau tulisan
yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau
pengalaman manusia dari waktu ke waktu. Selajutnya, Keraf (1987:136) mengatakan
karangan narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah
tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi
dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain; narasi
adalah suatu bentuk karangan yang berusaha mengambarkan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat kita simpulkan, secara sederhana narasi merupakan cerita. Pada narasi
terdapat peristiwa atau kejadian dalam suatu urutan waktu. Di dalam kejadian
itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Setiap narasi memiliki plot atau alur
cerita yang didasarkan pada kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam
narasi dalam hubungan sebab akibat. Narasi memiliki ciri-ciri yang dapat
dicermati oleh pembaca. Lebih lanjut M. Atar Semi (1990: 33-34) mengungkapkan
bahwa narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut:
1. Berupa
cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia
2. Kejadian
atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang
benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan
keduannya
3. Berdasarkan
konflik. Karena, tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik;
4. Memiliki
nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya bersifat sastra, khususnya
narasi yang berbentuk fiksi
5. Menekankan
susunan kronologis (catatan: menekankan susunan ruang)
6. Biasanya
memiliki dialog
Dari penjelasan di atas, tampak bahwa
narasi memiliki ciri-ciri khusus, yaitu berkaitan dengan peristiwa atau
pengalaman manusia yang benar-benar terjadi. Biasanya narasi berupa konflik,
memiliki estetika, urut sesuai dengan kronologis, dan memiliki dialog. Bentuk
tulisan narasi berusaha untuk menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan
narasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Jenis
Narasi
Menulis
narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, narasi ekspositoris dan narasi
sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang menyampaikan informasi
mengenai berlangsungnya suatu peristiwa (Gorys Keraf, 2001: 136), yang berarti
bahwa narasi ekspositoris merupakan suatu narasi yang hanya mengisahkan suatu
kejadian yang telah ada. Sementara itu narasi sugestif adalah suatu rangkaian
peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para
pembaca (Gorys Keraf, 2001: 138), dalam hal ini bahwa narasi sugestif terjadi
karena adanya serangkaian cerita yang dibumbuhi dengan imajinasi penulis.
2.
Tahap-Tahap
dalam Menulis Narasi
Agar hasil tulisan menjadi lebih baik,
maka dalam kegiatannya akan dibutuhkan beberapa tahap-tahap menulis. Menurut
Temple (1987:213) bahwa menulis merupakan kegiatan produktif yang dilakukan
secara kontinu dan berulang-ulang. Sebagai suatu proses, menulis merupakan
suatu keterampilan bahasa berbahasa yang dapat dipahami dan dipelajari.
Akan tetapi, sebenarnya kegiatan menulis itu ialah suatu proses, yaitu proses
penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap,
yaitu :
1.
Tahap Prapenulisan
Tahap
prapenulisan menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Dalam tahap prapenulisan
ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan
penulisan itu
2.
Tahap Penulisan
Dalam
tahap penulisan dilakukan apa yang telah ditentukan itu yaitu mengembangkan
gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian, sehingga
selesailah buram (draft) yang
pertama.
3.
Tahap Revisi
Dalam
tahap revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali apa yang sudah
ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi. (Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura
H. Ridwan, 1988 : 2-5)
Akan tetapi target
tertinggi dari menulis sesungguhnya tidak seidealis hal tersebut di atas.
Targetnya adalah bagaimana seseorang menyampaikan ide dan gagasannya melalui
tulisan.
3.
Pembelajaran
Menulis Narasi di SD
Keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting
dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis
siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran,
dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan
kreativitas siswa dalam menulis. Dalam menulis semua unsur
keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil
yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menulis narasi merupakan bagian dari
keterampilan menulis. Di SD menulis narasi mulai di ajarkan di kelas tiga pada
semester II. Pembelajaran ini juga diajarkan di kelas-kelas berikutnya. Adapun
salah satunya yaitu di kelas lima pada semester I. Pendekatan, metode atau
media yang digunakan dalam pembelajaran ini berbeda-beda tergantung dari
kemampuan guru, sekolah, siswa, sarana, dan tujuan yang diharapkan. Hal ini
tergantng dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah masing-masing, terutama di
sekolah-sekolah unggulan dengan SDM dan sarana yang memadai pembelajaran
menulis sangat diperhatikan. Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa
pembelajaran menulis narasi merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas
tiga SD semester dua dan berlanjut pada kelas-kelas berikutnya (di kelas lima).
4.
Penilaian
Menulis Narasi
Unsur utama dalam mengarang yang dinilai
adalah kualitas isi karangan yang selanjutnya diikuti dengan organisasi, gaya
bahasa, ejaan, dan tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian
untuk unsur utama dan terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila
dibandingkan dengan unsur yang lain. hakikat kemampuan menulis narasi adalah
suatu kekuatan atau kecakapan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulisan yang mengisahkan suatu peristiwa, sesuai dengan urutan waktu kejadian
yang telah terjadi.
Hakikat kemampuan menulis narasi dalam
penelitian ini adalah kecakapan secara menyeluruh yang dimilki oleh siswa, yang
menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan gagasannya
ke dalam sebuah karangan yang menceritakan suatu peristiwa yang berdasarkan
pada serangkaian waktu.
2. Hakikat Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
A.
Pengertian
Metode Pembelajaran
Agar lebih mudah dalam menyampaikan
materi pelajaran diperlukan sebuah metode untuk menyampaikannya. Menurut Pasaribu dan
Simanjutak (1982), mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang
digunakan untuk mencapai tujuan. Jadi metode pelajaran adalah suatu cara yang
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut
St.Y. Slamet (2008: 51) metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran
bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis
bahan yang akan diajarkan. Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah.
Dapat diartikan juga, bahwa metode
pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses
belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Dalam belajar
menulis yang baik diperlukan suatu metode. Salah satu metode yang dapat dipakai
adalah metode peta pikiran (mind mapping) yang dapat menjadikan anak
senang untuk belajar.
B.
Pengertian
Peta Pikiran (mind mapping)
Salah satu metode pembelajaran yang
telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran
atau disebut mind mapping. Konsep Mind
Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik
ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide
terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind
Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Mind
map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk
mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain
yang dihubungkan dari ide pokok otak.
Menurut Hernowo, pemetaan-pikiran membuat
anda berhubungan dengan pikiran bawah-sadar Anda sebelum menulis; tulisan Anda
menjadi lebih beremosi, lebih berwarna, lebih berirama. Tulisan anda, nantinya,
mencerminkan ciri khas pribadi Anda secara lebih akurat. Peta pikiran juga digunakan untuk
menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan
sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan serta dalam menulis. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur
secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir
manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan
bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak
kanan dan otak kiri. Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai
porsinya masing-masing. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang
melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind
mapping mudah untuk diingat. Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah
definisi bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara memetakan
sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan
berbagai imajinasi kreatif.
C.
Langkah-Langkah
Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Buzan
(2008: 15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping.
Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dimulai
dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape).
Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk
menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan
alami.
2. Menggunakan
gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai
seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan.
Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu
otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak.
3. Menggunakan
warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi
pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan.
4. Hubungkan
cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan
tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja
menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal
sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan
diingat.
5. Membuat
garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan
membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti
cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
6. Menggunakan
satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat
memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran (mind mapping).
7. Menggunakan
gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.
D.
Kegunaan
Peta Pikiran (mind mapping)
Peta pikiran dapat membantu siswa dalam
mengatasi hambatan menulis. Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind
mapping ini, yaitu :
a. Cara
ini cepat
b. Teknik
dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses
mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram
yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Dari pendapat di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) akan
memudahkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam menulis narasi bagi siswa
SD. Menurut Dr. Patrisius Istiarto Djiwandono, mind map berfungsi membuka jalan
ke arah alur pikiran dan penulisan yang lebih kompleks dan lebih lengkap. Melalui
peta pikiran (mind mapping) siswa lebih mudah dalam mengorganisasikan
pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan narasi.
E. Implementasi
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
dalam Pembelajaran Menulis Narasi
Metode peta pikiran (mind mapping) sangat
tepat digunakan dalam pembelajaran menulis narasi. Peta pikiran adalah sebuah
teknik atau metode yang sangat jelas yang memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan,
angka-angka, logika, irama, warna dan keterampilan-keterampilan ruang. Dengan
metode peta pikiran (mind mapping) tentu akan sangat membantu siswa
memanfaatkan potensi kedua belah otak. Karena interaksi yang luar biasa antara
kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam
proses mengingat dan berpikir. Dengan telah terbiasanya siswa menggunakan dan
mengembangkan potensi dua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek,
yaitu konsentrasi, kreativitas, daya ingat, dan pemahaman sehingga siswa dapat
mengambil keputusan berkualitas yang tepat.
Ada bagian yang sulit dalam proses
menulis, yaitu mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya, dan bagaimana
memulainya. Dengan peta pikiran, sebuah tema dapat dijabarkan ke dalam
ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam
menulis. Dalam menulis narasi, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan
untuk mengembangkan ide atau gagasan menjadi sebuah karangan yang menarik.
Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan paparan
sebelumnya, bahwa peta pikiran (mind mapping) menggunakan gambar, warna,
dan kata kuncinya dapat membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga
memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Lebih jauh lagi, apabila
dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan dalam
pembelajaran menulis narasi, metode peta pikiran (mind mapping) jauh
lebih baik karena melibatkan kedua belahan otak untuk berfikir. Hal ini berbeda
dengan metode konvensional yang biasanya masih bersifat teoretis praktis yang
hanya berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kiri saja. Kreativitas dan
imajinasi tidak berkembang dengan baik apabila masih menggunakan metode
konvensional tersebut. Oleh karena itu, metode peta pikiran (mind mapping) sangat
baik untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi.
Implementasi metode peta pikiran (mind
mapping) adalah sebagai berikut, siswa bersama guru memilih tema karangan
kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata
kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna.
Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian siswa
ditugaskan untuk menulis karangan narasi. Apabila masih ada ide yang muncul di
tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting
mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi.
Secara aplikatif, implementasi metode peta pikiran (mind mapping) ini
adalah sebagai berikut. Pertama-tama siswa bersama guru memilih tema/gagasan
karangan narasi kemudian menuliskannya diatas selembar kertas kosong.
Selanjutnya siswa mengamati media gambar atau foto yang disediakan guru,
diikuti penulisan kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau
gambar berwarna. Kemudian siswa menuliskan pengembangan dari kata-kata kunci
tersebut dalam ranting-ranting yang melingkupi pusat ide karangan tersebut.
Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, siswa baru
ditugaskan untuk menulis narasi. Ide yang muncul di tengah aktivitas menulis
dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran (mind
mapping) untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi.
H. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal pembelajaran Bahasa
Indonesia pada pokok bahasan menulis narasi yang selama ini dilihat masih
kurang sehingga belum menunjukan hasil yang diharapkan. Kemampuan siswa selama
ini yang terlihat masih kurang yaitu kemampuan menulis narasi siswa masih
rendah. Hal ini disebabkan adanya guru belum menggunakan Metode Peta Pikiran (Mind
Mapping) dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang inovatif
atau masih konvensional sehingga siswa menjadi bosan. Apabila pembelajaran
tersebut dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan kemampuan menulis
yang dimiliki siswa semakin berkurang.
Agar kemampuan siswa dapat berkembang,
maka peneliti akan melakukan suatu penilitian tindakan kelas. Pada kondisi awal
kemapuan menulis narasi siswa masih rendah. Oleh karena itu diperlukan adannya
suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi
siswa. Diantara berbagai pendekatan dalam pembelajaran, metode peta pikiran (mind
mapping) adalah pendekatan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan
kemampuan menulis narasi. Selain itu dengan metode peta pikiran (mind
mapping) ini proses pembelajaran dapat meningkat. Melalui kolaborasi
peneliti dan guru, metode peta pikiran (mind mapping) akan diterapkan
dengan menggunakan siklus yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan dua
siklus penelitian, yaitu indikator ketercapaian siklus I 70% dan siklus II
ditingkatkan mencapai 75%.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan metode peta pikiran (mind
mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi dan
meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Secara skematis kerangka berfikir
dapat digambarkan pada gambar di bawah ini:
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka berfikir, dalam penelitian ini diajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Dengan
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis Narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Tahun
Pelajaran 2012/2013.
2. Dengan
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis
Narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Tahun Pelajaran 2012/2013.
J. Metode Penelitian
1.
Pendekatan
dan Rancangan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah
kualitatif dengan rancangan penelitian kualitatif-interaktif, yakni PTK. PTK
atau penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan
terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan
kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya untuk
menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian
tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil
yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK
dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat
tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan;
dan (d) refleksi.
PTK adalah penelitian yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, atau
memecahkan masalah pembelajaran di kelas/di latar penelitian yang dilakukan
secara bersiklus. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model PTK guru sebagai
peneliti dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis &
Taggart dengan digambarkan sebagai berikut:
Pada model siklus di atas tampak bahwa
setiap siklus terdiri atas: planning-perencanaan, acting &
observing-tindakan dan pengamatan, reflecting-perefleksian, dan revise
plan-perbaikan rencana. Dalam penelitian ini kegiatan-kegiatan dalam siklus PTK
dapat dipaparkan sebagai berikut:
Siklus 1
Siklus 1 terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dan perbaikan rencana.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti
melakukan studi pendahuluan dengan melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran
menulis narasi di kelas 5 SD Negeri Balerejo 4 Madiun. Peneliti berupaya untuk
mengingat kembali berbagai peristiwa pembelajaran yang telah berlangsung selama
ini, mewawancarai siswa kelas 5 SD Negeri Balerejo 4 Madiun untuk mengungkapkan
kesulitan-kesulitan apa yang dialami dan dirasakan mereka ketika belajar
menulis narasi, mengungkap perasaan-perasaan siswa yang berkaitan dengan
suasana pembelajaran yang dialami dan dirasakan siswa. Di samping itu, peneliti
juga melakukan telaah terhadap dokumen-dokumen tentang kemampuan siswa dalam
menghitung bilangan pecah berupa dokumen latihan dan penugasan, dokumen hasil
tes formatif tentang menulis narasi. Peneliti juga mendeskripsikan kembali
hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama ini,
merefleksi model-model pembelajarannya, keaktifan siswa ketika belajar,
kemampuan kreatifitas siswa, dll.
Studi pendahuluan tersebut menghasilkan
masalah-masalah proses dan hasil pembelajaran tentang menulis narasi di kelas 5
SD Negeri Balerejo 4 Madiun. Dalam proses pembelajaran, peneliti merasakan
adanya masalah dalam hal: penerapan metode pembelajaran menulis narasi yang
kurang tepat, kurangnya kreatifitas siswa, suasana pembelajaran yang kurang
menyenangkan, dan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis narasi.
Berangkat dari masalah di atas, maka
pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan:
(1) Pembuatan
desain pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
(2) Penyiapan
alat peraga yang berupa gambar-gambar sebagai ilustrasi dalam cerita saat
membuat peta pikiran
(3) Penyiapan
Lembar Kerja Siswa (LKS)
(4) Penyusunan
perangkat uji kompetensi siswa yang berkaitan dengan kemampuan menulis narasi
(5) Menyiapkan
instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman pengamatan-rubrik pengamatan,
pedoman observasi untuk siswa, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi.
Pelaksanaan Tindakan
dan Observasi
Pada tahap ini peneliti mempraktikkan
pembelajaran sesuai desain pembelajaran (RPP) yang telah disusun seperti di
atas dan sebagaimana terlampir, merekam: berbagai peristiwa pembelajaran yang
sesuai dengan fokus-masalah yaitu: membuat catatan hasil pengamatan terhadap
proses dan hasil pembelajaran, kreatifitas siswa yang tampak, dan
mendokumentasikan hasil-hasil latihan dan penugasan siswa, mendokumentasikan hasil-hasil
tes formatif, dan memfoto berbagai peristiwa yang terjadi fokus penelitian ini.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan di atas,
kemudian, peneliti melakukan refleksi atas proses dan hasil pembelalajaran yang
dicapai pada proses tindakan ini. Refleksi yang dimaksud adalah melakukan
berfikir ulang terhadap apa yang sudah dilakukan, apa yang belum dilakukanm,
apa yang sudah dicapai, masalah apa saja yang belum terpecahkan, dan menentukan
tindakan apa lagi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran, yang akan dilanjutkan (diimplementasikan) pada siklus ke-2
Siklus 2
Seperti halnya pada siklus 1. Pada
siklus 2 ini mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi,
refleksi, dan perbaikan rencana.
Kegiatan pada tahapan siklus 2 ini akan
disesuaikan dengan masalah-masalah proses dan hasil pembelajaran yang terjadi
pada siklus 1, apa yang belum dicapai pada siklus 1 akan dilanjutkan dan
diatasi pada siklus 2, sehingga pada rancangan penelitian ini peneliti belum
bisa mendeskripsikan kegiatan-kegiatan dan perbaikan-perbaikan apa saja yang
akan dilakukan pada siklus ke 2 ini.
2.
Latar
dan Subjek Penelitian
Penelitian
ini bertempat di SD Negeri Balerejo IV Madiun. Tempat tersebut dipilih dengan
beberapa pertimbangan. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian
ulang. Di samping itu tempat lokasinya adalah tempat dimana peneliti pernah
melaksanakan Praktek Pengajaran Langsung (PPL) sehingga peneliti mengetahui
kondisi dan keadaan sekolah sebelumnya. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini
dilaksanakan dengan jumlah 15 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5
siswa perempuan.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan
data tersebut meliputi pengamatan (observasi), kajian dokumen, dan tes yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi
yang peneliti lakukan adalah observasi berperan serta secara pasif. Observasi
ini dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun dan peneliti dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap guru SD Negeri Balerejo IV
Madiun difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam pokok bahasan menulis narasi. Observasi terhadap kinerja juga
diarahkan pada kegiatan guru kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun dalam menjelaskan
pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban
siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan
penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu observasi terhadap siswa
kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun difokuskan pada tingkat partisipasi siswa
dalam mengikuti pelajaran.
2. Wawancara
Teknik
wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan dan
pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menulis narasi dengan metode peta pikran
(mind mapping) ungkapan rasa senang
siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk
mengungkap perasaan tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar menulis
narasi dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping).
3. Kajian
Dokumentasi
Kajian
dokumen digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Kurikulum,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, hasil ulangan dan nilai yang
diberikan oleh guru, dan nama responden penelitian pada siswa kelas V SD Negeri
Balerejo IV Madiun. Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan
dokumentasi yang berupa foto dan video.
4. Tes
Adapun
tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau pada saat
pemberian evaluasi. Tes dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV
Madiun. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri IV Balerejo Madiun
berupa tes uraian dalam bentuk tulisan atau karangan narasi yang harus
diselesaikan oleh siswa. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh hasil yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun setelah
kegiatan pemberian tindakan.
4.
Instrumen
Penelitian
Yang
menjadi instrumen penelitian ini pada dasarnya adalah peneliti. Peneliti
menjadi instrumen penelitian karena dalam proses pengumpulan data itulah
peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan yang
dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subjek penelitian. Peneliti dapat
saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan, dan menggambarkan pertanyaan
dari pedoman wawancara yang telah disusun kalau memang adaptasi dipandang perlu
dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang berupa dokumen sesuai pedoman
dokumentasi dan sangat mungkin juga menambah daftar dokumen yang akan
dikumpulkan pada saat itu juga ketika melakukan proses dokumentasi.
Meskipun
peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang dapat melakukan adaptasi
aktif terhadap keadaan subjek dan fokus penelitian, namun, untuk menjaga fokus
masalah penelitian maka peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang
berupa: pedoman-pedoman: observasi, wawancara, dokumentasi, dan soal tes.
5.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan interaktif. Teknik
analisis kritis bertujuan untuk mengungkap kekurangan dan kelebihan kinerja
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di kelas selama penelitian
berlangsung. Hal ini dilakukan berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan
dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada.
Adapun tenik analisis kedua yang
dipergunakan, yaitu teknik analisis interaktif. Menurut Iskandar (2008: 222)
dalam proses analisis data interaktif ada tiga langkah yang harus dilakukan
oleh peneliti. Tiga langkah tersebut adalah (1) reduksi data; (2) penyajian
data; dan (3) penarikan simpulan atau verivikasi.
Secara diagramatik, proses siklus
pengumpulan data dan anlisis data sampai pada tahap penyajian hasil penelitian,
serta pengambilan kesimpulan, seperti gambar di bawah
Berkaitan dengan keterampilan menulis narasi siswa, analisis interaktif merupakan kegiatan menulis narasi siswa yang dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan menulis narasi siswa. Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis narasi siswa pada setiap siklusnya.
K. Jadwal
Penelitian
Rencananya
tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama 6
bulan, yakni mulai bulan Desember-Mei
2012.
Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada Desember, tahap pelaksanaan dimulai bulan Februari, tahap analisis data dimulai pada
bulan Maret
dan April,
dan yang terakhir yaitu penyusunan laporan akan dilaksanakan pada bulan April dan Mei
L. Daftar Pustaka
http://www.sekolahdasar.net/2011/10/tujuan-pembelajaran-bahasa-indonesia-di.html#ixzz2BbylQzOB.
Diakses 11 November 2012.
http://www.sekolahdasar.net/2011/11/pembelajaran-menulis-di-sd.html#ixzz2Bc3dswGe.
Diakses 11 November 2012.
repository.upi.edu/operator/upload/campuran.pdf.
Diakses
11 November 2012.
http://www.sarjanaku.com/2012/04/pengertian-metode-menurut-para-ahli.html.
Diakses 11 November 2012.
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-mind-mapping/.
Diakses 11 November 2012.
http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis/.
Diakses 11 November 2012.
http://duniabaca.com/pengertian-menulis-menurut-para-ahli.html.
Diakses 11 November 2012.
staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/penkaril%20kulonprogo.doc.
Diakses
11 November 2012.
http://www.sarjanaku.com/2012/09/karang-narasi-pengertian-ciri-ciri-pola.html.
Diakses 11 November 2012.
http://www.scribd.com/doc/50015294/13/B-Pengertian-pembelajaran-menurut-beberapa-ahli.
Diakses 11 November 2012.
http://uaksena.com/pelajaran-menulis-menggunakan-media-pembelajaran.html.
Diakses 11 November 2012.
http://agupenajateng.net/2009/04/08/peningkatan-keterampilan-menulis-paragraf-deskripsi-dengan-teknik-objek-langsung-melalui-pendekatan-kontekstual-bab-i-dan-ii/.
Diakses 11 November 2012.
http://escaeva.com). Diakses 11 November 2012.
repository.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0605581_chapter2.pdf.
Diakses
11 November 2012.
Dr.
Gorys Keraf. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: P.T Gramedia Anggota Ikapi
Dr.
Patrisius Istiarto Djiwandono. 2009. Strategi Belajar Bahasa Inggris Belajar
Menyimak, Membaca, Menulis, dan Berbicara dengan Taktis. Indeks Anggota Ikapi
Hernowo.
2003. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya
Potensi Menulis, dirakit oleh Hernowo dari buku-buku terbitan Penerbit Kaifa.
Bandung: MLC
Dr.
Sabarti Akhadiah, Dra. Maidar G. Arsjad, Dra. Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Eny
Sulistyaningsih. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta
Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta
Tahun Pelajaran 2010/2011. Surakarta: UNS (Skripsi dipublikasikan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar