Minggu, 30 Desember 2012

Tips menjadi orang sabar ; belajar dari metamorfosa kepompong

Sabar adalah kalimat yang mudah di ucapkan tetapi sulit untuk dilakukan, kurang lebih begitulah kata ilmuwan. Untuk menjadi orang sabat haruslah di usahakan, karena kesabaran itu bersifat kasbi (hasil usaha) bukan sesuatu yang telah di berikan oleh Allah secara taqdiry.

Sabar adalah salah satu pintu yang harus di lalui menuju tangga kesuksesan, agaknya karena inilah maka al Qur'an mensinyalir bahwa semua orang adalah merugi kecuali orang yang beriman, beramal dan penyabar. Lihat QS: al-Ashr.

Imam syafi’I sendiri berpendapat mengenai surat al-Ashr ini, beliau mengatakan bahwa: ”andaikan seseorang tahu hakekat kedalaman isi datu surat ini maka tentu sudah tidak memebutuhkan lagi surat-surat yang lain”.

Abdul Aziz al-Islambuli pernah menulis,
Ada seorang ahli hadits yang mengisahkan dirinya bahwa pada setiap musim semi dia senang sekali memperhatikan kepompong yang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu, kemudian ku gunting bulu kepompong dengan tujuan untuk mempercepat proses kepompong menjadi kupu-kupu, tak lama kemudian mati. Saat itu bapakku berkata:”wahai anakku, ketika kupu-kupu keluar dari kepompong Ia mengeluarkan racun, jika tidak mengelurkannya maka aka mati. Begitu juga dengan kehidupan ini, untuk meraih sesuatu butuh perjuangan dan kesabaran. Keberhasilan yang tidak diraih dengan perjuangan dan kesabaran maka mereka akan lemah dan kehilangan sesuatu yang sangat berharga di dalam dirinya.

Wah.. jadi ngelantur nich.., langusng saja TIPS KITA akan memberikan tips agama kepada para pembaca semua. Untuk menjadi orang yang sabar maka ada beberapa yang harus di lakukan di antaranya adalah sebagai berikut:

1.bersabar dengan niat untuk ibadah, perbuatan yang dilakukan tanpa di dasari niat ibadah akan menyebabkan efek tidak menyenangkan.

2.jangan memperturutkan hawa nafsu untuk melakukan perbuatan marah

3.berilah pemahaman kepada diri sendiri bahwa, setiap keberhasilan membutuhkan perjuangan, dan diantara perjuangannya adalah kesabaran. Dengan demikian jika kita mendapatkan masalah maka segala perbuatan akan dapat terselesaikan dengan penuh kesabaran.

4.katakan kepada diri sendiri, bahwa orang yang melakukan penganiayaan kepada anda adalah orang yang tidak mengerti. Sehingga pad saat kita teraniaya tentu kita akan bersabar seraya berdoa. “ya Allah ampunilah mereka, karena mereka melakukan semua ini karena kebodohan mereka”.

5.standar kebaikan seseorang berbeda. Mungkin dengan alat detektor point ini akan sangat jitu untuk berbuat sabar. Mungkin menurut mereka bebuat “ini” dan “itu” adalah sudah termasuk perbuatan baik padahal menurut kita hal itu belum termasuk kebaikan. Nah.. dengan cara ini kita tidak akan menjadi orang yang cepat melakukan perbuatan amarah.

6.wah kalau yang lain..kita tidak tahu lagi nih…kita tunggu tambahannya aja

CATATAN
Something is done angrily hence will terminating is shamefuly don't angry because angrly will a harm myself.

cara menghadapi teman yang nyebelin


Kita kadang bingung menghadapi teman yang pertemanannya sekarang baik, besok nyebelin, trus jahat, trus baik lagi. Alias pertemanannya panas-dingin. Nah, berikut ada tips untuk menghadapi teman seperti ini.

1. Kalau dia lagi baik, sering-seringlah ajak dia ngobrol tentang persahabatan sejati yang saling mendukung. Kalaupun ada salah paham, sekali-sekali tidak apa-apa.
2. Coba kamu cari tahu latar belakang keluarganya. Mungkin sifatnya itu terbentuk karena lingkungan keluarganya atau karena sesuatu di masa lalu yang bikin emosinya super tidak stabil.
3. Dewasalah menghadapinya saat dia nyebelin atau jahat sama kamu. Anggap aja penyakitnya lagi kambuh dan perlu diobati.
4. Berdoalah buat dia, karena seorang teman yang baik pasti akan mendoakan temannya.
5. Jika dia terlalu sering nyakitin kamu daripada berbuat baik sama kamu, ajak dia ngobrol berdua secara baik-baik dan tanyakan apakah kamu ada salah sama dia. Kalau dia jelasin bahwa kamu salah (meskipun itu terkadang dibuat-buat dan tidak beralasan), minta maaf saja dulu. Buktikan bahwa kamu lebih dewasa darpada dia.
6. Kalau sikapnya benar-benar sudah merugikan secara kejiwaan, lebih baik jaga jarak dengannya dan jangan terlalu dekat. Nanti malah kamu yang darah tinggi dan emosian.
Semoga tipsnya membantu ya...

Sabtu, 29 Desember 2012

resume PTK Bab V

tugas kelompok resume PTK bab V


TUGAS RESUME MATERI

                         ” BAB V “

Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu : Drs. Edy Siswanto, M.Pd

Oleh
KELOMPOK V :
   
                    Lelly Triana                            (09141124)
Linda Kusuma                        (09141128) 
Mita Febriana                         (09141143)
Muchlis Hariadi  W.               (09141144)
Muharram Surya P                 (09141147)
Nurika Raket R.                     (09141155)
Nurul Faida S                         (09141157)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
IKIP PGRI MADIUN
2012


BAB V
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Dalam penelitian formal, lapran merupakan persyaratan yang harus dipenuhi, lebih-lebih jika penelitian tersebut dilakukan berdasarkan satu unit tertentu atau pesanan dari satu lembaga seperti skripsi, tesis dan disertasi. Laporan penelitian merupakan satu dokumen untuk mendokumentasikan segala komponen penelitian, mulai dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, metodologi penelitian, analisis data, temuan dan diskusi, serta kesimpulan.
Dalam PTK , aktor utama adalah guru, laporan penelitian bermanfaat bagi guru dan sekolah. Laporan PTK bisa dibaca guru lain , sehingga hasil atau strategi perbaikan yang diterapkan dapat ditelaah dan dicoba. Disamping itu bisa meningkatkan kemampuan professional, penulisan laporan penelitian juga mempunyai manfaat praktis yaitu sebagai syarat untuk memenuhi angka kredit kenaikan pangkat. Dengan menulis laporan penelitian guru berlatih menjalankan fungsi yang sesungguhnya sebagai seorang peneliti.
Guru dapat membuat PTK sesuai dengan prosedur. Laporan harus mencakup semua tahap yang dilakukan guru dalam melaksanakan PTK, mulai dari munculnya masalah, menganalisisnya, merumuskan masalah, merencanakan perbaikan, melaksanakan perbaikan, observasi dan interpretasi serta analisis dan refleksi.
Selanjutnya bila guru sudah puas dalam melaksanakan siklus-siklus, langkah selatjutnya penyusunan laporan kegiatan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menulis laporan penelitian harus sistematis, jelas, dan akurat.

Sistematika Laporan PTK
Bagian depan : halaman judul, halaman publikasi, halaman pengesahan, abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar table (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada).

Bab I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Berisi alasan mengapa tertarik untuk mengkaji masalah tersebut, penyebab terjadinya masalah.
B.    Identifikasi Masalah
Dikemukakan masalah-masalah yang lebih spesifik, dan uraikan masalah tersebut.
C.    Pembatasan Masalah
Pilihlah masalah yang paling urgen/diprioritaskan untuk diteliti.
D.    Rumusan Masalah
Rumuskan masalah dengan kalimat tanya yang spesifik, jelas, dan operasional.
E.     Tujuan Penelitian
Kemukakan tujuan yang ingin dicapai.
F.     Manfaat Hasil Penelitian
Kemukakan manfaat hasil penelitian bagi : guru, siswa, sekolah,dll.

Bab II : KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS INDAKAN
A.    Kajian Teori
Tulislah teori-teori yang melandasi penelitian.
B.    Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Kemukakan hasil penelitian terdahulu yang pernah diteliti dengan masalah yang sama.
C.    Kerangka Berfikir
Kemukakan kerangka berpikir yang menjelaskan hubungan logis antara teori dan tindakan yang dilakukan.
D.    Hipotesis Tindakan
Kemukakan dugaan sementara yang dianggap baik dalam mengatasi masalah.

Bab III : METODE PENELITIAN
A.    Obyek Tindakan
Tuliskan fokus tindakan, jumlah siklus, dan tindakan setiap siklus.
B.    Setting, Lokasi, dan Subyek Penelitian
Sebutkan nama sekolah, alamat, kondisi, kelas berapa, jumlah siswa, kondisi dan karakteristik siswa, serta alasan mengapa memilih kelas tersebut.
C.    Metode Pengumpulan Data
Instrumen apa saja, bentuk, kisi-kisinya dan prosedur dalam mengumpulkan data.
D.    Metode Analisis Data
Metode apa yang akan diguakan, dan kriteria/pedoman refleksi yang digunakan untuk pengambilan kesimpulan.

Bab IV : HASIL PENELITIAN
A.    Gambaran Selintas Setting Penelitian
Jelaskan apa saja yang terjadi saat tahapan tindakan dilakukan.
B.    Uraian Secara Umum/Keseluruhan
Rangkum keseluruhan yang terjadi selama siklus
C.    Penjelasan Per Siklus
Jelaskan secara rinci untuk setiap siklus.
D.    Pembahasan dan Pengambilan Simpulan
Lakukan diskusi untuk lebih mendalami apa yang diperoleh.

Bab V : SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Kemukakan poin-poin sesuai hasil pembahasan
B.    Saran
Kemukakan saran untuk pihak tertentu berkaitan dengan masalah.
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

Sabtu, 22 Desember 2012

PROPOSAL PENELITIAN PTK


PROPOSAL PENELITIAN

NAMA                                   : MITA FEBRIANA
BIDANG STUDI/MAPEL   : BAHASA INDONESIA


A.  Judul Penelitian
Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013

B.  Latar Belakang Masalah
Posisi menulis dalam pelajaran keterampilan berbahasa selalu diletakkan terakhir. Menyimak mendahului berbicara, berbicara mendahului membaca, dan membaca mendahului menulis. Keterampilan menulis sangat penting bagi para pelajar, khususnya untuk siswa di sekolah dasar yang merupakan dasar dari segala awal seluruh kompetensi terbentuk. Secara eksplisit, mata pelajaran menulis tertera dalam silabus kurikulum KTSP tahun 2006 kelas V di sekolah dasar yang dijelaskan bahwa terdapat empat keterampilan dasar yang harus dikuasai siswa yaitu, keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempaat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain. Menurut Syafi’ie, menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain. Selanjutnya, menurut Gorys Keraf, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Hal ini berarti bahwa menulis narasi adalah salah satu jenis karangan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun berdasarkan rekaan pengarang.
Menulis narasi merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan dimulai di jenjang sekolah dasar. Siswa dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis narasi. Kemampuan menulis narasi tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak serta teratur sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis. Apabila kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang atau tidak berkembang. Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini dan ternyata keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Pemahaman konsep menulis menjadi penting bagi kita karena dalam praktek keseharian banyak orang terampil dalam membaca tetapi mengalami kesulitan dalam menulis. Namun demikian ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi tetap saja kesulitan dalam menulis. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis. Di sekolah materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia kurang ditangani sungguh-sungguh akibatnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa menjadi kurang memadai.
Di sekolah dasar, keterampilan menulis telah diajarkan sejak siswa duduk di kelas I. Setelah duduk di kelas V, siswa seharusnya telah terampil menulis, tetapi kenyataannya masih ditemui sejumlah masalah dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek keterampilan menulis (mengarang narasi) oleh siswa yang masih sangat rendah. Pelajaran menulis, sebagaimana keadaan pengajaran bahasa pada umumnya, belum berjalan dengan baik. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia belum memuaskan. Keterampilan menulis para siswa masih perlu ditingkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dan mengalami kesulitan mengembangkan gagasannya untuk menulis narasi sehingga guru perlu berupaya dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai khususnya dalam pembelajaran menulis narasi.
Mengingat pentingnya keterampilan menulis maka pembelajaran menulis di sekolah harus ditingkatkan. Guru harus dapat mengajarkan keterampilan menulis dengan efisien, efektif, dan menarik. Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode pembelajaran. Pasaribu dan simanjutak (1982), mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Jadi metode pelajaran adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode merupakan cara pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yaitu tujuan pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut peta pikiran (mind mapping). Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah yang akan “memetakan” pikiran. Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk. (2005: 175-176) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan, kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SDN Balerejo 4 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.

C.  Rumusan Masalah
Dalam setiap penelitian suatu masalah diperlukan adanya kejelasan dari masalah yang menjadi obyek penelitian. Dalam hal ini diperlukan rumusan sehingga tidak terjadi kesalahan. Berdasarkan hal tersebut kemudian dirumuskan pokok pembahasan sebagai berikut:
1. Apakah dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013?
2.    Apakah dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013?

D.  Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah rendahnya kemampuan dalam menulis narasi bagi siswa kelas V SDN Balerejo IV Madiun, akan dilakukan penerapan pembelajaran menulis narasi dengan metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping). Langkah-langkahnya adalah: (1) siswa bersama guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. (2) Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna. (3) Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis karangan narasi. (4) Apabila masih ada ide yang muncul di tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi.

E.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013
2. Meningkatkan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.

F.   Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Digunakan sebagai metode alternatif dalam pelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan materi menulis narasi, dan menambah wawasan baru pengembangan teori menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping).
2.      Manfaat Praktis
a.      Bagi siswa
(1)   Meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis narasi.
(2)   Meningkatnya motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis narasi.
b.      Bagi guru
(1)   Meningkatnya profesionalisme guru.
(2)   Berkembangnya pembelajaran yang lebih inovatif dengan metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran menulis narasi.
(3)   Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menyampaikan materi menulis narasi pada siswa.
c.       Bagi Sekolah
(1)   Meningkatnya kualitas pembelajaran menulis narasi baik proses maupun hasil dalam pelajaran bahasa Indonesia.
(2)   Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.

G.  Kajian Pustaka
1.        Hakikat Kemampuan Menulis Narasi
A.       Pengertian Kemampuan
Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya kemampuan. Kemampuan awal siswa adalah prasarat yang diperlukan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar yang akan diikuti selanjutnya. Kemampuan awal siswa dapat dijadikan titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir, hasil latihan, atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya.
Lebih lanjut Robbins, (dalam http://digilib.petra.ac.id) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
1)    Kemampuan intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas secara mental.
2)      Kemampuan fisik (physical intellectual)
merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.
Berdasarkan kedua faktor tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan dipengaruhi oleh kedua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Begitu juga dengan kemampuan menulis bermula dari kemampuan intelektual maupun kemampuan fisik. Dalam kegiatan menulis kedua faktor ini akan saling mempengaruhi satu sama lain.
B.       Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45). Sementara itu, Akhadiah dkk (1998:1.3) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Menulis adalah melahirkan pikiran atau ide.
Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis (WJS Poerwodarminto, 1987:105). Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat didefinisikan menulis adalah serangkaian proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa menulis merupakan serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran dan perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca.
Adapun unsur-unsur menulis dan manfaat menulis dapat dijelaskan di bawah ini:
1.    Unsur-unsur Menulis
Dalam membuat sebuah tulisan, diperlukan beberapa unsur yang harus diperhatikan. Unsur-unsur menulis yang perlu diperhatikan menurut The Liang Gie (2002;4) ada empat unsur yaitu :
1.   Gagasan
Berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam pikiran seseorang
2.   Tuturan
Berupa bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca
3.   Tatanan
Ialah tata tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan memperhatikan berbagai asa, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah
4.   Wahana
Merupakan saran gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, retorika (seni memakai bahasa secara efektif).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur menulis terdiri atas pengungkapkan gagasan, tuturan yang digunakan penulis dalam menyampaikan tulisannya, tatanan dalam penulisan, dan wahana yang berupa kosakata, serta ejaan dan tanda baca.
2.    Manfaat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa:
1.   Menulis mengasah kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi :
1.         Pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan
2.         Penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya
3.         Penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2.   Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, bahasa topik, dan pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3.   Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4.   Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Dari pendapat diatas, jelas bahwa melalui menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis, berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis memungkinkan untuk direvisi,  menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
C.       Pengertian Narasi
Narasi merupakan salah satu bentuk karangan yang diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Narasi (berasal dari naration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan  manusia  dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Finoza, 2004:202). Narasi bertujuan menyampaikan gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama (Widyamartaya, 1992:9-10).
Menurut Semi (2003:29), narasi merupakan betuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu. Selajutnya, Keraf (1987:136) mengatakan karangan narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain; narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha mengambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat kita simpulkan, secara sederhana narasi merupakan cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam suatu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik.
Setiap narasi memiliki plot atau alur cerita yang didasarkan pada kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi dalam hubungan sebab akibat. Narasi memiliki ciri-ciri yang dapat dicermati oleh pembaca. Lebih lanjut M. Atar Semi (1990: 33-34) mengungkapkan bahwa narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut:
1.    Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia
2.    Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduannya
3.    Berdasarkan konflik. Karena, tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik;
4.    Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi
5.    Menekankan susunan kronologis (catatan: menekankan susunan ruang)
6.    Biasanya memiliki dialog
Dari penjelasan di atas, tampak bahwa narasi memiliki ciri-ciri khusus, yaitu berkaitan dengan peristiwa atau pengalaman manusia yang benar-benar terjadi. Biasanya narasi berupa konflik, memiliki estetika, urut sesuai dengan kronologis, dan memiliki dialog. Bentuk tulisan narasi berusaha untuk menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan narasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Jenis Narasi
Menulis narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa (Gorys Keraf, 2001: 136), yang berarti bahwa narasi ekspositoris merupakan suatu narasi yang hanya mengisahkan suatu kejadian yang telah ada. Sementara itu narasi sugestif adalah suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca (Gorys Keraf, 2001: 138), dalam hal ini bahwa narasi sugestif terjadi karena adanya serangkaian cerita yang dibumbuhi dengan imajinasi penulis.
2.    Tahap-Tahap dalam Menulis Narasi
Agar hasil tulisan menjadi lebih baik, maka dalam kegiatannya akan dibutuhkan beberapa tahap-tahap menulis. Menurut Temple (1987:213) bahwa menulis merupakan kegiatan produktif yang dilakukan secara kontinu dan berulang-ulang. Sebagai suatu proses, menulis merupakan suatu keterampilan bahasa berbahasa  yang dapat dipahami dan dipelajari. Akan tetapi, sebenarnya kegiatan menulis itu ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yaitu :
1.        Tahap Prapenulisan
Tahap prapenulisan menunjukkan kegiatan utama yang berbeda. Dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu
2.        Tahap Penulisan
Dalam tahap penulisan dilakukan apa yang telah ditentukan itu yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang pertama.
3.        Tahap Revisi
Dalam tahap revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi.  (Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan, 1988 : 2-5)
Akan tetapi target tertinggi dari menulis sesungguhnya tidak seidealis hal tersebut di atas. Targetnya adalah bagaimana seseorang menyampaikan ide dan gagasannya melalui tulisan.
3.    Pembelajaran Menulis Narasi di SD
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menulis narasi merupakan bagian dari keterampilan menulis. Di SD menulis narasi mulai di ajarkan di kelas tiga pada semester II. Pembelajaran ini juga diajarkan di kelas-kelas berikutnya. Adapun salah satunya yaitu di kelas lima pada semester I. Pendekatan, metode atau media yang digunakan dalam pembelajaran ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan guru, sekolah, siswa, sarana, dan tujuan yang diharapkan. Hal ini tergantng dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah masing-masing, terutama di sekolah-sekolah unggulan dengan SDM dan sarana yang memadai pembelajaran menulis sangat diperhatikan. Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis narasi merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas tiga SD semester dua dan berlanjut pada kelas-kelas berikutnya (di kelas lima).
4.    Penilaian Menulis Narasi
Unsur utama dalam mengarang yang dinilai adalah kualitas isi karangan yang selanjutnya diikuti dengan organisasi, gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama dan terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila dibandingkan dengan unsur yang lain. hakikat kemampuan menulis narasi adalah suatu kekuatan atau kecakapan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan yang mengisahkan suatu peristiwa, sesuai dengan urutan waktu kejadian yang telah terjadi.
Hakikat kemampuan menulis narasi dalam penelitian ini adalah kecakapan secara menyeluruh yang dimilki oleh siswa, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan gagasannya ke dalam sebuah karangan yang menceritakan suatu peristiwa yang berdasarkan pada serangkaian waktu.
2.   Hakikat Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
A.       Pengertian Metode Pembelajaran
Agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran diperlukan sebuah metode untuk menyampaikannya. Menurut Pasaribu dan Simanjutak (1982), mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Jadi metode pelajaran adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut St.Y. Slamet (2008: 51) metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan. Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah.
Dapat diartikan juga, bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Dalam belajar menulis yang baik diperlukan suatu metode. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah metode peta pikiran (mind mapping) yang dapat menjadikan anak senang untuk belajar.
B.       Pengertian Peta Pikiran (mind mapping)
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind mapping. Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Mind map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak.
Menurut Hernowo, pemetaan-pikiran membuat anda berhubungan dengan pikiran bawah-sadar Anda sebelum menulis; tulisan Anda menjadi lebih beremosi, lebih berwarna, lebih berirama. Tulisan anda, nantinya, mencerminkan ciri khas pribadi Anda secara lebih akurat.  Peta pikiran juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat. Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif.
C.       Langkah-Langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Buzan (2008: 15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami.
2. Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak.
3. Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan.
4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.
5.   Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
6.  Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran (mind mapping).
7.    Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.
D.       Kegunaan Peta Pikiran (mind mapping)
Peta pikiran dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis. Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a.    Cara ini cepat
b.    Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.    Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d.   Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) akan memudahkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam menulis narasi bagi siswa SD. Menurut Dr. Patrisius Istiarto Djiwandono, mind map berfungsi membuka jalan ke arah alur pikiran dan penulisan yang lebih kompleks dan lebih lengkap. Melalui peta pikiran (mind mapping) siswa lebih mudah dalam mengorganisasikan pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan narasi.
E.  Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi
Metode peta pikiran (mind mapping) sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis narasi. Peta pikiran adalah sebuah teknik atau metode yang sangat jelas yang memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan, angka-angka, logika, irama, warna dan keterampilan-keterampilan ruang. Dengan metode peta pikiran (mind mapping) tentu akan sangat membantu siswa memanfaatkan potensi kedua belah otak. Karena interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses mengingat dan berpikir. Dengan telah terbiasanya siswa menggunakan dan mengembangkan potensi dua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, daya ingat, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengambil keputusan berkualitas yang tepat.
Ada bagian yang sulit dalam proses menulis, yaitu mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya, dan bagaimana memulainya. Dengan peta pikiran, sebuah tema dapat dijabarkan ke dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Dalam menulis narasi, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan ide atau gagasan menjadi sebuah karangan yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan paparan sebelumnya, bahwa peta pikiran (mind mapping) menggunakan gambar, warna, dan kata kuncinya dapat membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Lebih jauh lagi, apabila dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi, metode peta pikiran (mind mapping) jauh lebih baik karena melibatkan kedua belahan otak untuk berfikir. Hal ini berbeda dengan metode konvensional yang biasanya masih bersifat teoretis praktis yang hanya berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kiri saja. Kreativitas dan imajinasi tidak berkembang dengan baik apabila masih menggunakan metode konvensional tersebut. Oleh karena itu, metode peta pikiran (mind mapping) sangat baik untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi.
Implementasi metode peta pikiran (mind mapping) adalah sebagai berikut, siswa bersama guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna. Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis karangan narasi. Apabila masih ada ide yang muncul di tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi. Secara aplikatif, implementasi metode peta pikiran (mind mapping) ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama siswa bersama guru memilih tema/gagasan karangan narasi kemudian menuliskannya diatas selembar kertas kosong. Selanjutnya siswa mengamati media gambar atau foto yang disediakan guru, diikuti penulisan kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar berwarna. Kemudian siswa menuliskan pengembangan dari kata-kata kunci tersebut dalam ranting-ranting yang melingkupi pusat ide karangan tersebut. Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, siswa baru ditugaskan untuk menulis narasi. Ide yang muncul di tengah aktivitas menulis dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran (mind mapping) untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi.
H.  Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis narasi yang selama ini dilihat masih kurang sehingga belum menunjukan hasil yang diharapkan. Kemampuan siswa selama ini yang terlihat masih kurang yaitu kemampuan menulis narasi siswa masih rendah. Hal ini disebabkan adanya guru belum menggunakan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang inovatif atau masih konvensional sehingga siswa menjadi bosan. Apabila pembelajaran tersebut dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan kemampuan menulis yang dimiliki siswa semakin berkurang.
Agar kemampuan siswa dapat berkembang, maka peneliti akan melakukan suatu penilitian tindakan kelas. Pada kondisi awal kemapuan menulis narasi siswa masih rendah. Oleh karena itu diperlukan adannya suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Diantara berbagai pendekatan dalam pembelajaran, metode peta pikiran (mind mapping) adalah pendekatan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis narasi. Selain itu dengan metode peta pikiran (mind mapping) ini proses pembelajaran dapat meningkat. Melalui kolaborasi peneliti dan guru, metode peta pikiran (mind mapping) akan diterapkan dengan menggunakan siklus yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan dua siklus penelitian, yaitu indikator ketercapaian siklus I 70% dan siklus II ditingkatkan mencapai 75%.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi dan meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Secara skematis kerangka berfikir dapat digambarkan pada gambar di bawah ini:
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1.    Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis Narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.    Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis Narasi pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Tahun Pelajaran 2012/2013.
  
J. Metode Penelitian
1.      Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan penelitian kualitatif-interaktif, yakni PTK. PTK atau penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, atau memecahkan masalah pembelajaran di kelas/di latar penelitian yang dilakukan secara bersiklus. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model PTK guru sebagai peneliti dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart dengan digambarkan sebagai berikut:


Pada model siklus di atas tampak bahwa setiap siklus terdiri atas: planning-perencanaan, acting & observing-tindakan dan pengamatan, reflecting-perefleksian, dan revise plan-perbaikan rencana. Dalam penelitian ini kegiatan-kegiatan dalam siklus PTK dapat dipaparkan sebagai berikut:
            Siklus 1
Siklus 1 terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dan perbaikan rencana.
            Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran menulis narasi di kelas 5 SD Negeri Balerejo 4 Madiun. Peneliti berupaya untuk mengingat kembali berbagai peristiwa pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, mewawancarai siswa kelas 5 SD Negeri Balerejo 4 Madiun untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan apa yang dialami dan dirasakan mereka ketika belajar menulis narasi, mengungkap perasaan-perasaan siswa yang berkaitan dengan suasana pembelajaran yang dialami dan dirasakan siswa. Di samping itu, peneliti juga melakukan telaah terhadap dokumen-dokumen tentang kemampuan siswa dalam menghitung bilangan pecah berupa dokumen latihan dan penugasan, dokumen hasil tes formatif tentang menulis narasi. Peneliti juga mendeskripsikan kembali hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, merefleksi model-model pembelajarannya, keaktifan siswa ketika belajar, kemampuan kreatifitas siswa, dll.
Studi pendahuluan tersebut menghasilkan masalah-masalah proses dan hasil pembelajaran tentang menulis narasi di kelas 5 SD Negeri Balerejo 4 Madiun. Dalam proses pembelajaran, peneliti merasakan adanya masalah dalam hal: penerapan metode pembelajaran menulis narasi yang kurang tepat, kurangnya kreatifitas siswa, suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan, dan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis narasi.
Berangkat dari masalah di atas, maka pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan:
(1)   Pembuatan desain pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
(2)   Penyiapan alat peraga yang berupa gambar-gambar sebagai ilustrasi dalam cerita saat membuat peta pikiran
(3)   Penyiapan Lembar Kerja Siswa (LKS)
(4)   Penyusunan perangkat uji kompetensi siswa yang berkaitan dengan kemampuan menulis narasi
(5)   Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman pengamatan-rubrik pengamatan, pedoman observasi untuk siswa, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi.
           Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pada tahap ini peneliti mempraktikkan pembelajaran sesuai desain pembelajaran (RPP) yang telah disusun seperti di atas dan sebagaimana terlampir, merekam: berbagai peristiwa pembelajaran yang sesuai dengan fokus-masalah yaitu: membuat catatan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran, kreatifitas siswa yang tampak, dan mendokumentasikan hasil-hasil latihan dan penugasan siswa, mendokumentasikan hasil-hasil tes formatif, dan memfoto berbagai peristiwa yang terjadi fokus penelitian ini.
            Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, kemudian, peneliti melakukan refleksi atas proses dan hasil pembelalajaran yang dicapai pada proses tindakan ini. Refleksi yang dimaksud adalah melakukan berfikir ulang terhadap apa yang sudah dilakukan, apa yang belum dilakukanm, apa yang sudah dicapai, masalah apa saja yang belum terpecahkan, dan menentukan tindakan apa lagi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang akan dilanjutkan (diimplementasikan) pada siklus ke-2
           Siklus 2
Seperti halnya pada siklus 1. Pada siklus 2 ini mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, refleksi, dan perbaikan rencana.
Kegiatan pada tahapan siklus 2 ini akan disesuaikan dengan masalah-masalah proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siklus 1, apa yang belum dicapai pada siklus 1 akan dilanjutkan dan diatasi pada siklus 2, sehingga pada rancangan penelitian ini peneliti belum bisa mendeskripsikan kegiatan-kegiatan dan perbaikan-perbaikan apa saja yang akan dilakukan pada siklus ke 2 ini.
2.      Latar dan Subjek Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri Balerejo IV Madiun. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping itu tempat lokasinya adalah tempat dimana peneliti pernah melaksanakan Praktek Pengajaran Langsung (PPL) sehingga peneliti mengetahui kondisi dan keadaan sekolah sebelumnya. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan dengan jumlah 15 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi pengamatan (observasi), kajian dokumen, dan tes yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Observasi
Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi berperan serta secara pasif. Observasi ini dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun dan peneliti dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap guru SD Negeri Balerejo IV Madiun difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pokok bahasan menulis narasi. Observasi terhadap kinerja juga diarahkan pada kegiatan guru kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu observasi terhadap siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
2.      Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menulis narasi dengan metode peta pikran (mind mapping) ungkapan rasa senang siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengungkap perasaan tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar menulis narasi dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping).
3.      Kajian Dokumentasi
Kajian dokumen digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, hasil ulangan dan nilai yang diberikan oleh guru, dan nama responden penelitian pada siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun. Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa foto dan video.
4.      Tes
Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau pada saat pemberian evaluasi. Tes dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri IV Balerejo Madiun berupa tes uraian dalam bentuk tulisan atau karangan narasi yang harus diselesaikan oleh siswa. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri Balerejo IV Madiun setelah kegiatan pemberian tindakan.
4.      Instrumen Penelitian
Yang menjadi instrumen penelitian ini pada dasarnya adalah peneliti. Peneliti menjadi instrumen penelitian karena dalam proses pengumpulan data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subjek penelitian. Peneliti dapat saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan, dan menggambarkan pertanyaan dari pedoman wawancara yang telah disusun kalau memang adaptasi dipandang perlu dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang berupa dokumen sesuai pedoman dokumentasi dan sangat mungkin juga menambah daftar dokumen yang akan dikumpulkan pada saat itu juga ketika melakukan proses dokumentasi.
Meskipun peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang dapat melakukan adaptasi aktif terhadap keadaan subjek dan fokus penelitian, namun, untuk menjaga fokus masalah penelitian maka peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang berupa: pedoman-pedoman: observasi, wawancara, dokumentasi, dan soal tes.
5.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan interaktif. Teknik analisis kritis bertujuan untuk mengungkap kekurangan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di kelas selama penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada.
Adapun tenik analisis kedua yang dipergunakan, yaitu teknik analisis interaktif. Menurut Iskandar (2008: 222) dalam proses analisis data interaktif ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh peneliti. Tiga langkah tersebut adalah (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan atau verivikasi.
Secara diagramatik, proses siklus pengumpulan data dan anlisis data sampai pada tahap penyajian hasil penelitian, serta pengambilan kesimpulan, seperti gambar di bawah

 
Berkaitan dengan keterampilan menulis narasi siswa, analisis interaktif merupakan kegiatan menulis narasi siswa yang dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan menulis narasi siswa. Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis narasi siswa pada setiap siklusnya.

K.  Jadwal Penelitian
Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Desember-Mei 2012. Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada Desember, tahap pelaksanaan dimulai bulan Februari, tahap analisis data dimulai pada bulan Maret dan April, dan yang terakhir yaitu penyusunan laporan akan dilaksanakan pada bulan April dan Mei

L.  Daftar Pustaka
http://www.sekolahdasar.net/2011/10/tujuan-pembelajaran-bahasa-indonesia-di.html#ixzz2BbylQzOB. Diakses 11 November 2012.
http://www.sekolahdasar.net/2011/11/pembelajaran-menulis-di-sd.html#ixzz2Bc3dswGe. Diakses 11 November 2012.
repository.upi.edu/operator/upload/campuran.pdf. Diakses 11 November 2012.
http://www.sarjanaku.com/2012/04/pengertian-metode-menurut-para-ahli.html. Diakses 11 November 2012.
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-mind-mapping/. Diakses 11 November 2012.
http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis/. Diakses 11 November 2012.
http://duniabaca.com/pengertian-menulis-menurut-para-ahli.html. Diakses 11 November 2012.
staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/penkaril%20kulonprogo.doc. Diakses 11 November 2012.
http://www.sarjanaku.com/2012/09/karang-narasi-pengertian-ciri-ciri-pola.html. Diakses 11 November 2012.
http://www.scribd.com/doc/50015294/13/B-Pengertian-pembelajaran-menurut-beberapa-ahli. Diakses 11 November 2012.
http://uaksena.com/pelajaran-menulis-menggunakan-media-pembelajaran.html. Diakses 11 November 2012.
http://agupenajateng.net/2009/04/08/peningkatan-keterampilan-menulis-paragraf-deskripsi-dengan-teknik-objek-langsung-melalui-pendekatan-kontekstual-bab-i-dan-ii/. Diakses 11 November 2012.
http://escaeva.com). Diakses 11 November 2012.
repository.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0605581_chapter2.pdf. Diakses 11 November 2012.
Dr. Gorys Keraf. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: P.T Gramedia Anggota Ikapi
Dr. Patrisius Istiarto Djiwandono. 2009. Strategi Belajar Bahasa Inggris Belajar Menyimak, Membaca, Menulis, dan Berbicara dengan Taktis. Indeks Anggota Ikapi
Hernowo. 2003. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis, dirakit oleh Hernowo dari buku-buku terbitan Penerbit Kaifa. Bandung: MLC
Dr. Sabarti Akhadiah, Dra. Maidar G. Arsjad, Dra. Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Eny Sulistyaningsih. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Surakarta: UNS (Skripsi dipublikasikan)